Kisahku Menikah Hanya dengan 7 Juta: Kebahagiaan Sejati Itu Sederhana, dan Ada di Genggaman Tangan Kami

Kisahku Menikah Hanya dengan 7 Juta: Kebahagiaan Sejati Itu Sederhana, dan Ada di Genggaman Tangan Kami

Menikah hanya dengan modal 7 juta rupiah? Pertanyaan ini pasti terdengar aneh, bahkan mungkin menggelikan, di telinga banyak orang. Di era di mana pernikahan seakan berlomba-lomba memamerkan kemewahan, keputusan saya untuk menikah sesederhana itu mungkin tampak nekad. Tapi bagi saya, Devny Ayu Afr., jawabannya adalah: “Sangat bisa!” Kunci utamanya adalah sabar. Sabar untuk segala sesuatu menjadi sederhana, sabar untuk tidak ada seserahan yang bertumpuk, dan sabar karena kami memilih untuk tidak merayakan dengan pesta yang hingar bingar.

Jika ada yang bertanya, “Devny, apakah kamu menyesal dengan pernikahanmu yang begitu sederhana?” Maka saya akan menjawab dengan segenap keyakinan: “Tidak! Ini adalah keputusan terbaikku selama 21 tahun aku hidup.” Ada rasa lega yang luar biasa, sebuah kebahagiaan yang otentik karena kami tahu, kami membangun rumah tangga ini atas dasar cinta dan komitmen, bukan tuntutan sosial atau gengsi.

Mahar yang kuterima, secara nilai konkret memang terbilang murah. Tapi bagi hatiku, nilainya mahal tak terhingga. Suamiku memberikan mahar berupa Surat Al-Waqiah. Aku tahu, surat ini begitu sakral, begitu agung, sehingga tak terhitung dengan mata uang apapun. Sebuah permata yang tak akan lekang oleh waktu, lebih berharga dari segala perhiasan dunia. Dan benar saja, setelah kami menikah, Allah seakan melimpahkan banyak berkah yang tak pernah kami sangka-sangka. Rezeki datang dari arah yang tak terduga, seolah Allah meridhai setiap langkah sederhana kami.

Aku sama sekali tidak pernah merasa malu dengan pernikahan sederhana kami. Justru sebaliknya, aku bangga. Niatku menikah memang murni untuk beribadah seumur hidup, untuk melengkapi separuh agamaku, dan untuk hidup bersama suamiku sampai akhir hayat. Kemewahan bukanlah tujuan kami. Yang kami cari adalah keberkahan, ketenangan, dan cinta yang tulus. Kami ingin memulai perjalanan ini dengan ringan, tanpa beban utang atau ekspektasi yang memberatkan.

Semoga apa yang aku bagikan ini bisa menginspirasi banyak orang. Bahwa pernikahan itu adalah pembuka pintu segala rezeki dan sumber kebahagiaan yang sejati. Kebahagiaan dalam pernikahan itu bukan tentang seberapa besar uang yang dihabiskan, melainkan tentang seberapa tulus hati yang menyatu, seberapa kuat komitmen yang terjalin, dan seberapa besar syukur yang ada di setiap langkah. Hidup itu sederhana, dan kebahagiaan sejati ada di genggaman tangan kita.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *